![]() Mungkin otak dan hatinya sudah pindah ke bawah kaki. Itu kata yang melompat-lompat di kepala saya. Ibu pertiwi sudah lelah melihat darah yang mengalir. Tidak lagi butuh mereka yang senang beradu otot, atau senang berteriak-teriak. Negeri ini hanya butuh satu hal : mereka yang mau berjuang. Kalaupun ada sebuah wasiat misalnya, pasti isinya pesan yang singkat soal melanjutkan tugas yang mereka perjuangkan selama ini. Kenapa kita yang masih hidup malah ribut? Apa iya mereka sempat menulis wasiat kepada anak cucunya agar suatu hari diajukan proposal mengenai pemberian gelar pahlawan nasional? Kan tidak. Sudahlah, mereka yang pahlawan saja tidak pernah meributkan soal itu. Tidak perlu kemudian berpolemik soal siapa yang pantas dan kriteria apa yang menjadi standar baku agar seseorang bisa mendapat gelar. ![]() Menyoal penghormatan cukup diberikan dengan melanjutkan perjuangan mereka setulus hati. ![]() Soal bagaimana sebuah perjuangan dilanjutkan, itu sudah menjadi urusan kita-kita, generasi yang masih bernafas di bumi pertiwi. Walaupun perjuangan tidak pernah mengenal garis final. Saya percaya mereka saat ini sudah tenang karena tugas sudah dibayar tunai. Gelar “pahlawan” ditambah embel-embel kata “nasional”, saya rasa tidak pernah sekalipun terlintas dalam pikiran. Hidup mereka memang sudah digariskan menjadi seorang pejuang. Mereka yang pernah berjuang untuk membantu negeri ini menjadi nyata, tidak pernah mengharapkan gelar.
0 Comments
Leave a Reply. |